Thursday 10 January 2019

Seperti Semboyan Indonesia “Berbeda-Beda Tetapi Tetap Satu” Bukan “Berbeda-Beda dan Saling Acuh”

 Begitu nikmat kehidupan anak-anak Indonesia di zaman sekarang, di mana mereka tak perlu menjalani kehidupannya tanpa kekhawatiran, ketakutan dan yang hanya hidup di bawah bayangan dan perintah seorang raja atau bangsawan. Pastinya kalian semua pernah diajarkan mengenai sejarah kemerdekaan Indonesia yang panjang ceritanya itu di sekolah kalian masing-masing, bukan?  Maka dari itu, seharusnya para netizen yang sedang membaca blog saya ini mengenal tentang sejarah dijajahnya tanah air kita. Nah, di blog hari ini, saya ingin membawa kalian semua untuk kembali ke masa lalu Indonesia yang pahit. 

            Negara Indonesia yang kita tinggali sekarang ini sangatlah berbeda dengan Indonesia di zaman ketika masih belum merdeka. Hirarki dan status sosial masih berlaku dengan ketat di zaman itu. Orang bawahan harus menaati orang dari kaum bangsawan dan hampir sebagian besar kekuasaan berada di tangan orang bangsawan. Namun, orang-orang bangsawan asli Indonesia di zaman dahulu pun tak menyadari bahwa wilayah mereka ternyata di sabotase dan mereka berada di bawah jajahan Negara Belanda. Di zaman yang suram itu, sistem feodalisme sangatlah menonjol. Feodalisme? Mungkin sebagian dari kalian tak mengenal kata tersebut. Berdasarkan KBBI, feodalisme bisa diartikan sebagai sistem sosial atau politik yang memberikan kekuasaan yang besar kepada golongan bangsawan. Golongan bangsawan bisa kita anggap seperti raja, ratu, sultan, dll. Apakah sudah cukup jelas artinya? 
            
            Feodalisme juga bisa dibilang sebagai salah satu faktor utama mengapa negara Indonesia di zaman dahulu banyak sekali yang miskin dan sengsara. Rakyat-rakyat yang bukan dari kaum bangsawan hanya bisa bekerja dengan gajih yang tak terlalu besar untuk melayani dalam berbagai macam pekerjaan bagi raja-raja mereka di tiap wilayah. Apalagi, rakyat yang tak berpendidikan tersebut tidak memiliki sifat kepemimpinan yang tinggi, dimana mereka hanya bergerak apabila diperintah. Hal ini memudahkan pekerjaan si pemerintah untuk mengatur-atur diri mereka dan menjadikan mereka sebagai budaknya yang dapat menguntungkan diri mereka sendiri namun merugikan orang-orang bawahan tersebut.

            Namun, saya hentikan sejarah tersebut sampai disitu saja. Hal tersebut sudah berlalu dan berada di masa lampau. Yang saya ingin bahas adalah apa yang ada di masa kini. Setelah kemerdekaan, tak ada lagi namanya Indonesia dijajah. Tanah air kita berdiri dengan tegak dan independen sejak saat itu. Nah, tapi menurut saya, walaupun feodalisme hanyalah sebuah hal yang berada di masa lampau, hal itu secara tak diketahui masih berlangsung. Contoh yang paling mudah yaitu adanya hubungan antar majikan dengan pekerja rumah tangga (PRT), yang mirip dengan hubungan antar seorang raja dengan pelayan-pelayannya.
Dan menurut saya, di zaman-zaman sekarang, status sosial antar majikan dengan pekerja rumah tangga memang masih dibedakan. Saya sering mendengar banyak sekali kasus kekerasan terhadap pekerja rumah tangga, yang merupakan contoh hubungan feodal yang sangat buruk. Salah satu contohnya dapat kita kutip melalui kasus dari dua majikan yang bernama Ivan Haz dan Fanny Safriyansyah yang melukai pekerja rumah tangga mereka sampai mengalami luka berat dan kecacatan. Terlihat bahwa kedua majikan tersebut menganggap bahwa pekerja rumah tangga mereka memiliki status sosial yang lebih rendah daripada mereka sehingga mereka bisa memperlakukannya dengan seenaknya. Selain itu, Masih banyak contoh sistem feodalisme yang terjadi di dunia modern Indonesia ini yang tak kita sadari. 

Jadi, di blog saya kali ini, saya ingin menyampaikan, jangan ikut-ikutan dengan sistem feodalisme, ya! Kita harus sadar jika kita atau teman kita pernah bersikap feodal. Maupun kalian masih kecil, remaja, dewasa ataupun tua, dengarkan kata-kata saya ini. Negara kita tak akan bisa menjadi harmonis selama sistem feodalisme masih kita anut. Ingatlah saja di zaman Indonesia sebelum dijajah. Feodalisme sangat berefek terhadap keharmonisan dan kedekatan orang kaum bangsawan dengan orang bawahan. Mereka tak pernah saling bersosialisasi dan pekerjaan orang bawahan hanya-lah untuk mematuhi atasannya. Feodalisme bukanlah sistem yang dapat mengangkat keadaan Negara Indonesia, namun sebaliknya. Lalu, apa yang harus kita lakukan? Apakah memiliki pekerja rumah tangga berarti kita sudah bertindak feodal? Jawabannya adalah tidak. Asalkan kita masih menganggap mereka sama karena kita pun semua diciptakan sama-sama manusia. Tak ada perbedaan di antara kita semua. Kita harus memperlakukan setiap orang dengan sikap yang sama dan yang sopan. Terhadap seorang pekerja rumah tangga, kita tak boleh menganggap diri kita sebagai raja yang dapat memerintah mereka dengan seenaknya. Pekerja rumah tangga pun bisa dibilang sebagai asisten rumah tangga, yang berarti mereka adalah seorang yang membantu meringankan perkerjaan rumah tangga kita dan kita membayar mereka dalam bentuk uang atau gajih. Kita tidak berhak bersikap kasar terhadap mereka, kita harus menghormati dan berterimakasih kepada mereka. Kita tak boleh memanfaatkan kedudukan kita yang memang lebih tinggi dari mereka, namun menganggap kita semua sama. Yang baru saja saya ceritakan ini bukan berlaku hanya untuk pekerja rumah tangga atau pembantu, tetapi berlaku untuk semua orang yang ada di sekitar kita. 

Jangan hanya sekedar membaca blog ini saja, cerminkan hal tersebut ke kehidupanmu. Negara kita akan menjadi negara yang lebih harmonis dan kita semua setara. Selain itu, jangan lupa untuk sebarkan blogini ke teman-teman atau keluarga kalian, ya!